Banyak tradisi-tradisi lokal bangsa Indonesia sudah mengandung nilai-nilai keislaman. Diantara tradisi-tradisi tersebut adalah :
1. Penanggalan hijriyah
Masuknya agama Islam ke Indonesia, secara
tidak langsung membawa pengaruh pada sistem penanggalan. Agama Islam
menggunakan perputaran bulan, sedangkan kalender sebelumnya menggunakan
perputaran matahari. Perpaduan antara penanggalan Islam dengan
penanggalan jawa adalah sebagai berikut :
No | Nama bulan dalam Islam | Nama bulan dalam Jawa |
1 | Muharram | Sura |
2 | Safar | Sapar |
3 | Rabiul awwal | Mulud |
4 | Rabiul akhir | Ba’da mulud |
5 | Jumadil awal | Jumadil awal |
6 | Jumadil akhir | Jumadil akhir |
7 | Rajab | Rajab |
8 | Sya’ban | Ruwah |
9 | Ramadhan | Pasa |
10 | Syawal | Syawal |
11 | Zulqaidah | Kapit |
12 | Zulhijjah | Besar |
2. Mauludan
Setiap bulan Rabi’ulawwal tahun Hijriyah, sebagian besar umat Islam Indonesia menyelenggarakan acara mauludun. Maksud
dari acara tersebut adalah untuk mengenang hari kelahiran Rasulullah
saw. Dalam acara tersebut diadakan pembacaan sejarah hidup Nabi Muhammad
saw melalui kitab Al- Barzanji atau Situddurar. Puncak acara biasanya terjadi pada tanggal 12 rabiulawwal, dimana tanggal tersebut Rasulullah saw dilahirkan. Di Aceh tradisi mauludun
adalah sebagai pengganti upeti atau pajak bagi kerajaan Turki, karena
Kerajaan Aceh memiliki hubungan diplomasi yang baik dengan Turki.
3. Grebek
Tradisi untuk mengiringi para raja atau
pembesar kerajaan. Grebek pertama kali diselenggarakan oleh keraton
Yogyakarta oleh Sultan Hamengkubuwana ke-1. Grebek dilaksanakan saat
Sultan memiliki hajat dalem berupa menikahkan putra mahkotanya. Grebek
di Yogyakarta di selenggarakan 3 tahun sekali yaitu : pertama grebek pasa, syawal diadakan setiap tanggal 1 Syawal bertujuan untuk menghormati Bulan Ramadhan dan Lailatul Qadr, kedua grebek besar, diadakan setiap tanggal 10 dzulhijjah untuk merayakan hari raya kurban dan ketiga
grebek maulud setiap tanggal 12 Rabiul awwal untuk memperingati hari
Maulid Nabi Muhammad saw. Selain kota Yogyakarta yang menyelenggarakan
pesta grebek adalah kota Solo, Cirebon dan Demak.
4. Sekaten
Sekaten adalah tradisi membunyikan musik
gamelan milik keraton. Pertama kali terjadi di pulau Jawa. Tradisi ini
sebagai sarana penyebaran agama Islam yang pada mulanya dilakukan oleh
Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan
diselingi dengan lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap
pergantian pukulan gamelan diselingi dengan membaca syahadatain. Yang
pada akhirnya tradisi ini disebut dengan sekaten. Maksud dari sekaten adalah syahadatain.
Sekaten juga biasanya bersamaan dengan
acara grebek maulud. Puncak dari acara sekaten adalah keluarnya sepasang
gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan oleh ulama’-ulama’ keraton.
Banyak orang yang percaya, siapapun yang mendapatkan makanan baik
sedikit ataupun banyak dari gunungan itu akan mendapatkan keberkahan
dalam kehidupannya. Beberapa hari menjelang dibukanya sekaten
diselenggarakan pesta rakyat.
5. Selikuran
Maksudnya adalah tradisi yang
diselenggarakan setiap malam tanggal 21 Ramadhan. Tradisi tersebut masih
berjalan dengan baik di Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Selikuran berasal dari kata selikur atau dua puluh satu. Perayaan
tersebut dalam rangka menyambut datangnya malam lailatul qadar, yang
menurut ajaran Islam lailatulqadar hadir pada 1/3 terakhir bulan
ramadhan.
6. Megengan atau Dandangan
Upacara untuk menyambut datangnya bulan
Ramadhan. Kegiatan utamanya adalah menabuh bedug yang ada di masjid
sebagai tanda bahwa besok hari sudah memasuki bulan Ramadhan dan semua
wajib melaksanakan puasa. Upacara tersebut masih terpelihara di daerah
Kudus dan Semarang.
7. Pesta Tabot
Upacara untuk memperingati gugurnya Husen
bin Ali ra. Husein gugur saat mempertahankan haknya sebagai pewaris
tahta ayahnya yang pro pada khalifah Ali bin Abi Thalib. Pesta tabuik
diselenggarakan di Sumatera dengan pertunjukan berbentuk prosesi benda
ritual.
8. Suranan
Suranan dalam penanggalan Islam adalam bulan Muharam. Pada bulan
tersebut masyarakat berziarah ke makam para wali. Selain itu mereka
membagikan makanan khas berupa bubur sura yang melambangkan tanda syukur kepada Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar